Kasih Yang Tersembunyi

18.42 Posted by Sri kurniasih

Waktu syech Amongrogo dan Tambangraras berumahtangga selama 41 hari (Serat Cethini) BERberpamitanlah sang sufi kepada istrinya,Tambangraras .Dengan alasan akan mencari kedua adiknya,Rancangkapti dan Jayengsari.Ya,kedua adik kesayangan ini memang terpisah dengannya ketika mereka bertiga melarikan diri dari kraton Giri yang diserbu pasukan Mataram.Disebutkan,di kitab sastra itu bahwa sang sufi memang akan berpamitan melanjutkan pengembaraannya mencari "Tuhan",setelah melakukan hubungan suami isti pertama kali,di sana disebut sebagai"setelah robeknya selaput dara".Setelah selama 40 hari sang syech"menceramahi"istrinya soal berbagai ilmu agama dari syari'at sampai hakekat.Sebenarnya sang istri ini adalah juga rohaniwan dilihat dari bagaimana sejak awal dia menyaratkan berbagai makna ilmu hakekat sebagai"Giri Patembaya" atau mas kawin alias mahar bagi para pria yang akan menjadikannya istri.Alhasil,sang sufilah yang bisa dengan tepat menjabarkannya untuk Tambangraras.Setelah ijab kabul perkawinan , sang sufi tidak secepatnya memanfaatkan"SIM" alias surat ijin meniduri yang otomatis diperolehnya ,melainkan mengajarkan atau lebih tepatnya memberi pengertian tentang berbagai makna ilmu hakekat .Di benak sang sufi mungkin terlintas bahwa cara orang mencintai itu tidak sama.Cara mengungkapkan perasaan cinta antara orang awam dengan para rohaniwan jelaslah berbeda.Syech Amongraga mencintai Tambangraras itu jelas tapi dia punya cara berbeda.Itu terlihat dari "pangudarasa dia" atau ungkapan batin ketika dia sudah jauh meninggalkan rumahnya yang ditinggali bersama Tambangraras."aku sebenarnya tidak pergi Tambangraras,tapi sedang berkelana dalam dirimu".Ini menunjukkan bahwa sebagai rohaniwan yang manusia biasa dia rindu pada istrinya dia selalu teringat istrinya,kata-kata "aku berkelana dalam dirimu" menunjukkan kalau dia sudah cinta merasa cocok berjodoh sehati sudah "soulmate" istilah sekarang.Tapi,sebagai rohaniwan yang menempuh jalan sufi beliau juga merasa punya panggilan hati,kerinduan jiwa untuk senantiasa mencurahkan apa yang ada padanya untuk bersembahpuji bagi Sang Maha Cinta yakni Tuhan.Beliau seperti umumnya para sufi yang menempuh jalan seperti rahib,ingin memakai seluruh waktunya untuk berdo'a bagi Tuhan.Bukan seperti orang awam yang harus memakai waktunya yang 90 persen untuk berurusan dengan dunia.Tapi,yang terlintas di benak saya adalah mengapa sang sufi tidak membicarakan hal ini dengan istrinya.Mengapa beliau memutuskan sesuatu dalam ruanglingkup dirinya sendiri.Saya kira Tambangraras ini juga wanita ekstraordinari yang punya panggilan kerohaniwanan.Dari sejak dia yang rela telat menikah untuk mendapatkan pria soulmatenya sampai mas kawin yang berbeda dari kebanyakan wanita,kesediaannya selama sebulan lebih berlaku tak wajar sebagai suami istri disamping pada dfasarnya dia putri seorang kepala padepokan kerohanian.Saya kira dia sebenarnya juga punya pandangan tak jauh beda dengan syech Amongrogo.Bisa saja curahan kasih itu tak harus hubungan suami istri.Bisa saja hidup mengembara ,makan seadanya.Pada dasarnya orang kalau sudah soulmate berarti sudah menemukan jati dirinya.Hidupnya sudah dituntun rohani yang diperlukan mungkin hanya kepastian keamanan hati selalu dekat bisa memandang pasamgan hidupnya.Terbukti,digambarkan Tambangraras sakit hati hingga tak mau makan karena ingin memandang suaminya tak dapat lagi.Mungkin dia hanya ingin bersama dengan suaminya selalu memandang karena pada dasarnya dia sudah paham hakekat cinta .kalau sudah bersatu dalam perkawinan ya apalagi yang dicari,toh dunia akherat sudah menyatu.Ada kisah nyata tentang seorang bapak tua yang merawat istrinya yang lumpuh sejak muda.Si bapak tak mau menceraikan atau menikah lagi meskipun rumahtangganya tak normal karena dalam cinta setingkat ini kasihlah yang berbicara,keinginan untuk memberilah yang mendominasi.Bagi pasangan ini tujuan hidup adalah saling menentramkan saling menguatkan dan tentu saling mendoakan dan beriman di dalam Tuhan.Bila melihat pasangan tentram dan bahagia maka itu lebih dari cukup.Sehingga konsep bahwa suami atau istri itu adalah garwo atau sigaraning nyawa(belahan jiwa),benar-benar terwujud dalam kehidupan nyata."Dan mereka tidak lagi dua melainkan satu ,apa yang dipersatukan Allah tak bisa diceraikan manusia".

0 komentar: