Terorisme is jadul

11.27 Posted by Sri kurniasih

Tak terhindarkan,dua pihak atau dua hal yang berbeda pasti tak luput dari hubungan yang tak semulus jalan tol,pasti ada naik turunnya.Apalagi di dunia yang namanya planet bumi,yang lebih dari dua....mendengar kata terorisme mau tidak mau pasti tertuju pada agama tertentu,yakni Islam,padahal Rasululloh SAW baik dalam hadis maupun Al-Quran jelas-jelas melarang bunuh diri,menyakiti diri sendiri,bahkan beribadah pun kalau berlebihan pasti dilarang,contoh ada sahabat yang berpuasa setiap hari sehingga Rasul menegur dan bersabda bahwa tubuh fisik juga punya hak atas dirinya dan sangat menganjurkan segala sesuatu yang sifatnya pertengahan,bahkan bagi orang yang akan melakukan ibadah sepenting sholatpun kalau sudah tersedia makanan dianjurkan makan dulu bagi yang sudah terasa akan buang air disuruh buang air dulu baru sholat.Terorisme jelas representasi cinta yang berlebihan pada agamanya atau yang lebih buruk lagi,hendak meminta pahala atau surga dengan cara berlebihan,sungguh norak dan memalukan.Rasul SAW juga melarang segala usaha apapun termasuk perang kalau kita tidak siap atau yakin akan gagal.Terorisme identik dengan bom bunuh diri dimana pelakunya akan ikut mati bersama para korbannya.Ini jelas tak ada dalam model perjuangan era RASUl SAW PADAHAL situasi era itu jauh lebih ekstrim daripada sekarang dimana tak ada pasukan PBB YANG menengahi kalau perang sudah memuncak dan korban tak terhindarkan.JADI mengapa harus ada bom bunuh diri sedang kita dalam situasi yang tak mendesak?Bom bunuh diri pertama terjadi pada era perang salib dimana waktu itu para wanita dan anak-anak dikepung pasukan salib dimana tak ada jalan untuk lolos sedangkan pasukan salib tak mau kompromi sedikitpun sedang para wanita dan anak-anak bisa mati kelaparan,terpaksa beberapa orang memakai bahan peledak menembus kepungan tentara salib.Pasukan salib yang ini mungkin terdiri dari dari orang awam yang kepingin mendapat jaminan pembebasan dosa karena Paus Urbanus menjanjikan pembebasan dosa bagi umat yang ikut perang salib.Soalnya ada sejarah nyata bukan karangan penulis blog bahwa ada para wanita yang menggantikan keluarga atau sukunya atau populer disebut bani ikut perang, menggantikan para lelaki yang sudah gugur, kebetulan mendapat lawan sekelompok rahib pria dimana para perempuan ini robek jubahnya tersingkap cadar dan kerudungnya, sehingga terlihat pakaian dalam, saya tambahkan bahwa yang dimaksud pakaian dalam di timur tengah ,adalah kemeja dan celana panjang ,sehingga kelihatan bentuk tubuh dan wajahnya, tanpa kelihatan kulitnya, mengetahui itu para wanita, serentak para rahib memejamkan mata dan menyuruh mereka pergi, tanpa ragu bahwa disaat memejamkan mata itu ,mereka bisa dicelakai.KALAU era sekarang adalah era asimilasi bukan konfrontasi medan perang bukanlah area adu senjata melainkan paham globalisasi,pluralisme,dsb.Islam mengakui pluralitas tapi tak setuju paham pluralisme membudaya di kalangan umat.Sangat menarik bahwa era sekarang banyak imam kristiani belajar langsung di pusat pendidikan Islam yang mana dulu dianggap tabu.ini pertanda cerah untuk hidup damai antar umat beragama,dimana bisa disimpulkan bahwa sekat-sekat telah sedikit banyak terjembatani.oke masih relevankah terorisme?sebagai contoh seorang pakar islamologi dengan spesifikasi antara lain pendalaman jender,dengan basic sosiologinya yang kuat mungkin pas untuk kultur sosiokemasyarakatan di ranah minang, sumatra barat,yang punya kekhasan, mengingat dalam budaya MINANG yang kultur Islamnya sangat dominan justru kaum perempuan mendapat peran sentral(matriarkal) apalagi dalam desertasi doktornya beliau mengupas mengenai program ekonomi lintas iman menyorot belum berhasilnya institusi keagamaan mengentaskan masalah kemiskinan di kalangan umat,ini berbanding lurus dengan kecakapan khas mansyarakat minang berdikari melalui perdagangan dan usaha kecil maupun menengah, besarhingga skala raksasa.Boleh jadi para imam seperti punya "jodoh" masing-masing, Romo Lukman almarhum dengan masyarakat purworejo,Romo Yohanes Indrakusuma dengan masyarakat Cipanas,Romo Senjaya almarhum dan romo Van Lith dengan masyarakat muntilan, Romo Mangun dengan masyarakat code ,Romo sandyawan dengan masyarakat ciliwung atau satu lagi, imam luar biasa dari gazebo Vatican alias tanah Flores, Pater jhon Jonga dengan masyarakat Papua dll.sip, damai itu nyaman dan tidak melelahkan.Pada dasarnya paham terorisme bisa dicegah dengan penanaman ajaran agama yang benar dan humanis melalui hierarki ilmu sesuai dengan sisilah sanad yang benar.seorang pakar islamologi dalam sebuah obrolan informal dengan seseorang pernah "mengeluh" soal posisi rohaniwan dalam agama Islam yang tidak jelas posisinya dimana hari ini maling besok bisa jadi ustadz dulu tkw besok pulang mendirikan pondok pesantren lalu dipanggil kyai misalnya.Rasanya dalam kultur masyarakat Islam sendiri ada budaya"nggebyah uyah"alias menyamaratakan antara orang yang "sekedar bersaksi" dengan rohaniwan yang benar-benar punya otorita ,kedua-duanya dipanggil ustadz.Sebagai contoh mantan maling bertobat belajar sebagian ajaran agama islam lalu ceramah dimana-mana mengingatkan agar menjadi muslim yang baik boleh jadi dia dipanggil ustadz kalau terus konsisten menambah ilmu dan berkepribadian baik dan benar sesuai standar Al-Qur'an dan hadis bolehlah dia menjadi ustad sebenarnya tetapi ustad divisi "kesaksian" bukan divisi otorita,untuk masuk dalam divisi otorita harus ada hierarki ilmu yang jelas kepribadian yang tak tercela dan masih banyak lagi syarat.Rohaniwan divisi otorita ini tidak semua orang bisa,jadi benar-benar orang yang terpanggil dan dipanggil oleh Allah,misal para rohaniwan di Rabitah Alam Islami di Madinah Arab saudi,yang menjadi rujukan dewan ulama di masing negara di dunia,kalau di indonesia ya MUI.Ustad yang ceramah kesaksian ke mana-mana tidak bisa masuk MUI sebagau rohaniwan pemegang otorita.Saudara kita dari kristen sangat jelas dalam pembagian misal pendeta ada ada penginjil.Kalau soal tki mendirikan pesantren itu sebenarnya tergantung umat menyebut misal lembaga sekolah Islam belum tentu pesantren pesantren itu juga ada macam-macam seperti pesanten rehabilitasi,pesantren yang mendidik untuk menjadi ustadz pemegang otorita sangat selektif dan harus jelas hierarki ilmunya.tentu sebagai pakar islamologi beliau jauh lebih tahu.Yang jelas paham terorisme berkembang subur di kalangan para pemuda atau kalangan mapan yang kehilangan akses dengan komunitas Islami yang sesuai standar Qur'an dan Hadist,paham terorisme memanfaatkan kerinduan umat Islam akan kekhalifahan yang seperti era khulafaur rasyidin.Sayang penafsiran mereka sungguh sangat berbeda dengan tafsiran dewan ulama yang sudah ada berabad-abad sejak era RasulullahSAW,penyebar"virus"terorisme memanfaatkan situasi krisis global demi kepentingan yang jauh dari dunia Islam.

0 komentar: